Saturday, November 23

Studi Pustaka & Kasus "Wirausaha Berbasis Industri Inovatif Masih Minim" tahun 2011

Perilaku Organisasi & Pengembangan Solusi Dengan Pendekatan Klasik Cabang Teori Organisasi Klasik 


Menganut pada pendekatan klasik dengan perpektif teori organisasi klasik, masalah yang saya temui di salah satu artikel di bawah ini, kemungkinan besar dapat menerapkan pendekatan tersebut untuk menemui titik solusinya.
Permasalahan :
Wirausaha Berbasis Industri Inovatif Masih Minim
PURWAKERTO, KOMPAS.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan, jumlah technopreneur atau wirausaha berbasis industri inovatif di Indonesia masih minim. "Saat ini, jumlah wirausaha yang diharapkan akan menjadi industri inovatif di Indonesia baru mencapai 0,24 persen dari total penduduk Indonesia. Padahal di Malaysia sudah mencapai tiga persen, Singapura 7,2 persen, dan Amerika Serikat 11,5 persen," kata Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, Tatang A Taufik, di Purwokerto, Rabu (2/11/2011) malam.
Bahkan, kata dia, 99 persen wirausaha yang ada di Indonesia bergerak dalam bidang perdagangan. Oleh karena itu, lanjutnya, perlu kerja keras dan cerdas serta memperkuat kolaborasi agar jumlah ideal wirausaha berbasis industri kreatif di Indonesia dapat mencapai empat persen dari total penduduk negeri ini. "Dengan demikian, perekonomian Indonesia ke depan memiliki kekuatan dan peluang yang besar untuk menjadi lebih maju dengan industri inovatifnya," kata dia.
Selain masih sedikitnya jumlah wirausaha berbasis industri inovatif, kata dia, tantangan baru di Indonesia adalah semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual lulusan perguruan tinggi yang telah mencapai 1.132.751 orang pada bulan September 2011 atau naik 15,71 persen dibandingkan tahun 2010.
Menurut dia, hal ini disebabkan orientasi sarjana yang mencari kerja tapi bukan menciptakan pekerjaan.
Terkait hal itu, dia mengatakan, BPPT yang didukung Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) berupaya mengembangkan wirausaha berbasis industri inovatif melalui kegiatan "Technopreneur Camp" sebagai bagian dari program pengembangan inkubator yang dilakukan oleh Balai Inkubator Teknologi BPPT.
Dalam hal ini, lanjutnya, BPPT menjalin kerja sama dengan beberapa pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menciptakan wirausaha berbasis industri inovatif melalui program pengembangan inkubator. "Kami menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah yang memiliki komitmen dalam mengembangkan industri inovatif, yakni Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Banyumas, Pemerintah Kabupaten Pekalongan, dan Pemerintah Kota Tegal," katanya.
Menurut dia, BPPT berupaya meningkatkan daya saing dengan cara mendorong pengembangan industri inovatif di daerah. "Bagaimana kita bisa bersaing kalau hanya mengandalkan sumber daya alam tanpa adanya inovasi," katanya. Dia mencontohkan banyaknya buah impor di pasaran yang dapat memberikan dampak buruk terhadap buah lokal jika tidak ada inovasi dalam pemasarannya. "Inovasi harus menjadi tradisi dalam masyarakat kita. Salah satu upayanya melalui penguatan daya saing atau penguatan sistem inovasi di daerah," tegasnya.

Solusi :
Dari permasalahan di atas, saya melihat bahwa minimalnya jumlah dari wirausaha yang berbasis industri inovasi dikarenakan beberapa hal. Salah satunya dari faktor pekerja dan pengembangan inovasi yang dilakukan setiap wirausahawan berbeda.
Industri inovatif sama artinya dengan industri kreatif. Menurut Kementrian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Inovasi sendiri memiliki beberapa pengertian. Adapun beberapa pengertian adalah sebagai berikut :
  1. Adalah proses merubah pengetahuan dan ide menjadi cara yang lebih baik dalam menjalankan usaha atau menjadi barang dan jasa yang baru atau lebih baik, yang dinilai masyarakat. Proses inovasu berkaitan dengan riset dan pengembangan, komersialisasi dan difusi teknologi. ( www.smartstate.qld.gov.au/strategy/strategy05_15/glossary.shtm )
  2. Penciptaan, pengembangan dan implementasi barang, proses dan jasa baru dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas atau keunggulan bersaing. Berkenaan pula dengan produk, jasa, proses manufaktur proses managerial atau desain organisasi serta dipandang pada tingkat produk atau proses dimana inovasi produk tersebut memuaskan kebutuhan konsumen dan inovasi proses meningkatkan efisiensi dan efektifitas. ( www.digitalstrategy.govt.nz/templates/Page____60.aspx )
  3. Tindakan dalam memperkenalkan sesuatu yang baru dan berbeda secara signifikan. ( www.economicadventure.org/teachers/glossary_dec.cfm )
Martin Radenakers (2005) membagi inovasi ke dalam beberapa tipe yang mempunyai karakteristik masisng-masing. 1) Inovasi Produk dengan karakteristik produk, jasa, atau kombinasi keduanya yang baru, 2) Inovasi Proses dengan karakteristik metode baru dalam menjalankan kegiatan bernilai tambah (misal distribusi atau produksi) yang lebih baik atau lebih murah, 3) Inovasi Organisasional dengan karakteristik metode baru dalam mengelola, mengkoordinasi dan mengawasi pegawai, kegiatan dan tanggung jawab, 4) Inovasi Bisnis dengan karakteristik kombinasi produk, proses dan sistem organisasional yang baru (dikenal juga dengan model bisnis).
Dalam pengembangannya, dengan menerapkan pendekatan klasik cabang teori organisasi klasik, manajemen yang telah mampu memahami mengenai atribut inovasi dalam industri dan karakteristik organisasinya harus mampu mempraktikkan manajemen yang menurut Henry Fayol (1841-1925) bukan merupakan suatu bakat, namun suatu keterampilan seperti halnya keterampilan lainnya. Sehingga dalam penerapannya, butuh pengajaran, asalkan prinsip yang mendasarinya dipahami dan teori umum mengenai manajemen dirumuskan. Dengan demikian, menjadi manajer bukan karena pembawaan, akan tetapi pelatihan dan pengalaman memberikan andil yang besar.
Dalam permasalahan ini, pengalaman menjadi tolak ukur dalam me-manage bagaimana pengelolaan kewirausahaan industri inovasi menjadi berkembang dan menjamur. Dari segi fungsi manajemennya saja, aktivis di dalam organisasinya yang saling bergantung yaitu 1) fungsi teknis (memproduksi dan membuat produk), 2) fungsi komersial (membeli dan menjual produk), 3) fungsi finansial (memperoleh dan menggunakan modal), 4) fungsi keamanan (melindungi para bawahan dan aktiva perusahaan), 5) fungsi akuntansi (mencatat dan mengecek biaya, keuntungan dan utang-utang, menyiapkan neraca serta menghimpun statistik), 6) fungsi menajerialOrientasinya dalam kegiataan manajerial yang seharusnya diterapkan agar berkembang adalah diaplikasiakannya lima fungsi dibawah ini :
  1. Perencanaan (planning) : menentukan suatu cara bertindak yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.
  2. Pengorganisasian (organizing) : memobilisasi sumber daya manusia dan sumber daya alam dari organisasi untuk mewujudkan rencana menjadi suatu hasil.
  3. Pengomandoan (commanding) : memberikan pengarahan kepada para bawahan dan mengusahakan mereka untuk mengerjakan pekerjaannya.
  4. Pengoordinasian (coordinating) : memastikan bahwa sumber daya dan aktivitas organisasi bekerja secara harmonis untuk mencapai tujuan.
  5. Pengendalian (controlling) : pemantauan (monitoring) rencana untuk menjamin agar dikemudikan secara tepat.
Dari konsep Fayol ini, maka dapat disimpulkan bahwa minimnya wirausaha berbasis industri inovasi dimungkinkan karena kurangnya ketrampilan dari manajer dalam mengelola setiap tindakan pegawainya dalam kemajuan industri, sehingga dapat diterapkan pendekatan klasik cabang teori organisasi klasik dengan perlahan dan dapat diaplikasikan dalam setiap tindakan organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hermana, Budi. Mendorong Daya Saing di Era Informasi dan Globalisasi : Pemanfaatan Modal Intelektual dan Teknologi Informasi sebagai Basis Inovasi di Perusahaan. Universitas Gunadarma. Pg 6-8
Siswanto, H. B. 2006. Pengantar Manajemen. Cetakan Kedua. Jakarta : Bumi Aksara

0 comments:

Post a Comment